Setiap orang diberikan waktu yang sama, 168 jam per minggu, 86.400 detik per hari. Namun kenyataannya, setiap kita menghasilkan output yang berbeda-beda dari waktu sama yang kita miliki.
Pada umur 20 tahun, misalnya, ada yang sudah menjadi direktur, ada yang mampu menghasilkan ratusan bahkan ribuan buku, ada yang sudah mencapai gelar ini dan itu, ada yang sudah mampu hafal dan paham 30 juz Alquran, dan seterusnya.
Dan sebaliknya, ada pula yang tidak menghasilkan apa pun. Ini adalah kenyataan.
Ada yang menghasilkan kebaikan-kebaikan dari waktu yang ada dan ada yang justru menghasilkan keburukan dan kemunduran.
Kita harus sadar bahwa 168 jam tersebut di atas ternyata tidak seluruhnya dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif. Setelah dikurangi waktu tidur yang rata-rata mengambil 1/3 waktu hidup kita, tinggal 112 jam. Lalu, dikurangi jam kerja/sekolah rata-rata 40 jam per minggu, maka tinggal 72 jam per minggu. Pun, dikurangi waktu berkendaraan menuju dan kembali dari pekerjaan/sekolah (5 hari x 2 jam = 10 jam). Maka, tinggal tersisa 62 jam per minggu yang benar-benar menjadi waktu milik kita yangs kita isi sesuai dengan tujuan-tujuan penting kita: untuk beribadah (hubungan vertikal kepada Allah Azza wa Jalla), untuk keluarga, untuk urusan sosial, dan sebagainya.
Kecerdasan dalam alokasi waktu ini yang kemudian akan menentukan seberapa beruntungkah kita dalam hidup ini di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala.. Wallahu a'lam.
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran, dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran." (QS al-Ashr: 1-3).
Pada umur 20 tahun, misalnya, ada yang sudah menjadi direktur, ada yang mampu menghasilkan ratusan bahkan ribuan buku, ada yang sudah mencapai gelar ini dan itu, ada yang sudah mampu hafal dan paham 30 juz Alquran, dan seterusnya.
Dan sebaliknya, ada pula yang tidak menghasilkan apa pun. Ini adalah kenyataan.
Ada yang menghasilkan kebaikan-kebaikan dari waktu yang ada dan ada yang justru menghasilkan keburukan dan kemunduran.
Kita harus sadar bahwa 168 jam tersebut di atas ternyata tidak seluruhnya dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif. Setelah dikurangi waktu tidur yang rata-rata mengambil 1/3 waktu hidup kita, tinggal 112 jam. Lalu, dikurangi jam kerja/sekolah rata-rata 40 jam per minggu, maka tinggal 72 jam per minggu. Pun, dikurangi waktu berkendaraan menuju dan kembali dari pekerjaan/sekolah (5 hari x 2 jam = 10 jam). Maka, tinggal tersisa 62 jam per minggu yang benar-benar menjadi waktu milik kita yangs kita isi sesuai dengan tujuan-tujuan penting kita: untuk beribadah (hubungan vertikal kepada Allah Azza wa Jalla), untuk keluarga, untuk urusan sosial, dan sebagainya.
Kecerdasan dalam alokasi waktu ini yang kemudian akan menentukan seberapa beruntungkah kita dalam hidup ini di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala.. Wallahu a'lam.
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran, dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran." (QS al-Ashr: 1-3).
Posting Komentar