infopaytren.com
BREAKING

Kamis, 31 Mei 2012

JANGAN BERSEDIH JIKA DIMUSUHI

*Jika anda selalu memberi maaf dan lapang dada maka anda akan memperoleh kemuliaan Dunia dan Akhirat.

"Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, Pahalanya atas (tanggungan) Allah" (QS Asy-Syura 40)

*Shakespeare mengatakan, "Jangan menyalakan Perapian terlalu panas kepada musuhmu, agar tidak membakar dirimu sendiri"

~ Katakan pada mata yg sakit, matahari punya banyak mata,
~ Yg melihatnya dg benar pada saat tenggelam dan terbit,
~ Biarkanlah setiap mata yg Allah gelapkan sinarnya,
~ tetap dg pandangannya : Tidak melihat dan tidak sadar,

*Ada orang pernah berkata kepada Salim Abdullah Ibn Umar, seorang 'alim dari kalangan Tabiin, "Anda adalah seorang yg berperilaku buruk !"
*Salim pun menjawab, "Memang, hanya engkaulah yg tahu tentang Aku !"

*Seorang sastrawan Amerika mengatakan, "Mungkin saja tongkat dan batu2 itu akan mampu meremukan tulang2ku, namun kata2 tidak akan mampu melukaiku"

* Seorang pernah berkata pada Abu Bakar, "Demi Allah, akan aku cerca Anda dg cercaan yg akan Anda bawa sampai kedalam kuburmu !"
Abu Bakar menimpali, "Tidak, tapi cercaanmu akan masuk bersamamu kedalam kuburmu !"

* Ada sorang berkata kepada 'Amru Ibn Ash, "Aku akan berusaha memerangimu." 'Amru menjawab, "Mulai sekarang engkau telah menjatuhkan dirimu dalam kesibukan yg sebenarnya."

*Jendral Eisenhower pernah mengatakan,"Jangan biarkan diri kita menyia-nyiakan pikiran kita untuk orang2 yg tidak kita cintai, meski hanya sedetik!"

* Seekor nyamuk berkata kepada Pohon Kurma : Hati-hatilah karena sesungguhnya saya akan terbang dan meninggalkanmu !
* Maka berkatalah Pohon Kurma : Demi Allah, saya tidak merasakan sesuatu saat Anda hinggap padaku, lalu bagaimana aku akan merasakan sesuatu saat Anda terbang ?!

**Hatim berkata;
~ "Aku ampuni kata2 buruk orang mulia sebagai simpanannya,
~ Dan aku berpaling dari cemoohan orang yg suka memcemooh ~ ~ karena sikap muliaku."

* Kunfusius mengingatkan, "Orang yg marah akan selalu memenuhi dirinya dg racun.

*Dalam sebuah Hadis disebutkan, "Jangan marah, jangan marah, jangan marah !!"
* Pada Hadis lain disebutkan, "Kemarahan itu adalah sebuah Bara Api dari Neraka !"

* Setan mengalahkan Hamba dalam tiga hal :
* Ketika marah, ketika Syahwatnya naik dan ketika Lalai.,

Rabu, 30 Mei 2012

Bersedekahlah

ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah)

Sudah menjadi kecenderungannya, manusia amat mencintai materi atau harta yang menjadi miliknya. Di saat lapang saja ia demikian, terlebih lagi di saat sempit. Padahal Islam senantiasa menganjurkan umatnya untuk bersedekah di saat sulit sekalipun.

Allah SWT berfirman:

“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 261)
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan siang hari secara sembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapatkan pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (Al-Baqarah: 274)

Keutamaan bersedekah sudah kita maklumi. Karena keutamaannya yang besar, syariat yang mulia ini banyak mendorong kita untuk mengeluarkan sedekah. Dorongan tersebut tidak hanya ditujukan kepada lelaki namun juga kepada kaum perempuan. Allah k berfirman dalam kitab-Nya yang agung:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang jujur, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah (berdzikir), Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 35)
Dalam surah lain, Allah l berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan serta meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka dan mereka akan beroleh pahala yang banyak.” (Al-Hadid: 18)
Rasul yang mulia pun turut memberi dorongan kepada para wanita untuk bersedekah, sebagaimana dalam hadits Ibnu ‘Abbas c. Ia bertutur:
أَنَّ النَّبِيَّ n صَلَّى يَوْمَ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا، ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ وَمَعَهُ بِلاَلٌ، فَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ فَجَعَلْنَ يُلْقِيْنَ، تُلْقِي الْمَرْأَةُ 
خُرْصَهَا وَسِخَابَهَا
“Nabi n shalat pada hari Idul Fithri dua rakaat dan tidak shalat sebelum maupun sesudahnya. Kemudian (setelah menyampaikan khutbah kepada hadirin) beliau mendatangi tempat para wanita sementara Bilal menyertai beliau. Beliau memerintahkan mereka untuk bersedekah. Maka mulailah mereka melemparkan perhiasan mereka (ke kain yang dibentangkan Bilal untuk menampung sedekah), ada wanita yang melemparkan anting-anting dan kalungnya.” (HR. Al-Bukhari no. 964 dan Muslim no. 2054)
Asma` bintu Abi Bakr x berkata:
قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَالِي مَالٌ إِلاَّ مَا أَدْخَلَ عَلَيَّ الزُّبَيْرُ، فَأَتَصَدَّقُ؟ قَالَ: تَصَدَّقِي وَلاَ تُوْعِي فَيُوْعَى عَلَيْكِ
“Aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki harta kecuali apa yang dimasukkan Az-Zubair kepadaku. Apakah boleh aku menyedekahkannya?’ Beliau bersabda: ‘Bersedekahlah. Jangan engkau kumpul-kumpulkan hartamu dalam wadah dan enggan memberikan infak, niscaya Allah akan menyempitkan rizkimu’.” (HR. Al-Bukhari no. 2590 dan Muslim no. 2375)
Sampaipun seorang wanita tidak memiliki kelebihan harta ataupun makanan, kecuali sedikit, Rasulullah n tetap memberikan dorongan baginya untuk bersedekah dan tidak menahannya, terutama kepada tetangganya. Abu Hurairah z menyampaikan bahwa Rasulullah n bersabda:
يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ، لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ
“Wahai wanita-wanita muslimah! Janganlah seorang tetangga meremehkan untuk memberikan sedekah kepada tetangganya, walaupun hanya sepotong kaki kambing.” (HR. Al-Bukhari no. 6017 dan Muslim no. 2376)
Al-Imam An-Nawawi t menerangkan, “Janganlah seorang wanita menahan untuk memberi sedekah dan hadiah kepada tetangganya, karena kekurangannya yang ada pada dirinya dan ia meremehkan apa yang hendak diberikannya. Namun hendaknya ia bersifat dermawan, memberi apa yang mudah baginya untuk diberikan walaupun hanya sedikit, seperti sepotong kaki kambing. Itu lebih baik daripada tidak memberi sama sekali. Allah k telah berfirman:
“Siapa yang beramal kebaikan walaupun hanya seberat semut yang sangat kecil niscaya ia akan melihat balasannya.” (Az-Zalzalah: 7)
Nabi SAW bersabda:
اتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Takutlah kalian kepada api neraka walaupun (untuk menjaga diri dari neraka tersebut) kalian hanya dapat bersedekah dengan sepotong belahan kurma1.” (Al-Minhaj, 7/121)
Ketika Rasulullah SAW menyebutkan bahwa kaum wanita paling banyak menjadi penghuni neraka, beliau n memerintahkan mereka untuk banyak-banyak bersedekah. Sebagaimana pengabaran Abu Sa’id Al-Khudri z berikut ini, “Dalam satu hari raya, Idul Adha atau Idul Fithri, Rasulullah SAW keluar menuju mushalla (tanah lapang). Beliau melewati para wanita, maka beliau bersabda:
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ، فَإِنِّي أُرِيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ
“Wahai sekalian kaum wanita, bersedekahlah. Karena diperlihatkan kepadaku mayoritas penduduk neraka adalah kalian.” (HR. Al-Bukhari no. 304)
Kaum wanita diperintah bersedekah karena mayoritas mereka penghuni neraka. Dengan demikian, sedekah yang mereka keluarkan dapat menolak adzab api neraka dari mereka dengan izin Allah k, selain juga dengan banyak beristighfar, sebagaimana tambahan dalam riwayat Muslim dari hadits Ibnu ‘Umar c:
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الْاِسْتِغْفَرَ، فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ
“Wahai sekalian kaum wanita, bersedekahlah dan perbanyaklah istighfar (meminta ampun). karena aku melihat mayoritas penduduk neraka adalah kalian.” (HR. Muslim no. 238)
Boleh Bersedekah kepada Suami dan Anak
Sedekah yang utama adalah yang diberikan kepada kerabat terdekat. Karenanya, seorang wanita boleh memberikan sedekah kepada suaminya, bahkan mengeluarkan zakatnya untuk suaminya, bila memang suami termasuk orang yang berhak memperolehnya, dari kalangan orang-orang yang tersebut dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya sedekah (zakat) itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang terlilit hutang, untuk fi sabilillah, dan ibnu sabil (musafir)….” (At-Taubah: 60)
Ini merupakan pendapat jumhur ulama, sebagaimana dinukilkan oleh Al-Imam Ash-Shan’ani t dalam Subulus Salam (4/67).
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani t berkata, “Ulama berdalil dengan hadits ini (hadits Zainab Ats-Tsaqafiyyah x yang akan disebutkan setelah ini, pent.) untuk membolehkan seorang wanita memberikan zakatnya kepada suaminya. Ini merupakan pendapat Al-Imam Asy-Syafi’i, Ats-Tsauri, dua murid Abu Hanifah, dan salah satu dari dua riwayat Al-Imam Malik dan Al-Imam Ahmad.” (Fathul Bari, 3/415)
Al-Imam Asy-Syaukani t menyatakan, “Secara zahir, boleh bagi istri menyerahkan zakatnya kepada suaminya. Pertama, karena tidak ada larangan dalam hal ini. Dan siapa yang mengatakan tidak boleh, hendaklah ia mendatangkan dalil. Kedua (dalam hadits Zainab Ats-Tsaqafiyyah x, pent.) Nabi n tidak minta perincian2. Berarti, sedekah di sini keberadaannya umum (mencakup yang sunnah dan yang wajib). Tatkala beliau tidak meminta perincian tentang sedekah tersebut apakah sifatnya sunnah ataukah wajib, seakan-akan beliau menyatakan (kepada Zainab), ‘Boleh bagimu memberikan sedekah kepada suamimu, sama saja baik sedekah yang fardhu (yaitu zakat, pent.) atau yang sunnah’.” (Nailul Authar, 4/224)
Zainab Ats-Tsaqafiyyah, istri Abdullah bin Mas’ud z, pernah minta izin menemui Rasulullah n. Ketika disebutkan nama Zainab di hadapan Rasulullah n, beliau bertanya:
أَيُّ الزَّياَنِبِ؟ فَقِيْلَ: امْرَأَةُ ابْنِ مَسْعُوْدٍ. قَالَ: نَعَمْ، ائْذنُوا لَهَا. فَأُذِنَ لَهَا، قَالَتْ: يَا نَبِيَّ اللهِ، إِنَّكَ أَمَرْتَ الْيَوْمَ بِالصَّدَقَةِ، وَكَانَ عِنْدِي حُلِّيٌ لِي، فَأَرَدْتُ أَنْ أَتَصَدَّقَ بِهَا، فَزَعَمَ ابْنُ مَسْعُوْدٍ أَنَّهُ وَوَلَدَهُ أَحَقُّ مَنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَلَيْهِمْ. فَقَالَ النَّبِيُّ n: صَدَقَ ابْنُ مَسْعُوْدٍ، زَوْجُكِ وَوَلَدُكِ أَحَقُّ مَنْ تَصَدَّقْتِ بِهِ عَلَيهِمْ
“Zainab yang mana?” Dijawab, “Istri Ibnu Mas’ud.” Beliau berkata, “Iya, izinkan dia masuk.” Maka diizinkanlah Zainab, ia bertanya, “Wahai Nabiyullah! Engkau hari ini memerintahkan kami bersedekah. Aku memiliki perhiasan, aku ingin menyedekahkannya. Namun Ibnu Mas’ud menganggap bahwa dirinya dan anaknya adalah orang yang paling pantas memperoleh sedekahku itu.” Nabi n bersabda, “Benar kata Ibnu Mas’ud, suami dan anakmu adalah orang yang paling pantas mendapatkan sedekahmu tersebut.” (HR. Al-Bukhari no. 1462)
Dalam riwayat lain disebutkan, Zainab Ats-Tsaqafiyyah x berkata:
كُنْتُ فِي الْمَسْجِدِ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ n، فَقَالَ: تَصَدَّقْنَ وَلَوْ مِنْ حُلِيِّكُنَّ. وَكَانتْ زَيْنَبُ تُنْفِقُ عَلَى عَبْدِ اللهِ وَأَيْتَامٍ فِي حِجْرِهَا. فَقَالَتْ لِعَبْدِ اللهِ: سَلْ رَسُوْلَ اللهِ n، أَيَجْزِي عَنِّي أَنْ أُنْفِقَ عَلَيْكَ وَعَلَى أَيْتَامِي فِي حِجْرِيْ مِنَ الصَّدَقَةِ؟ فَقَالَ: سَلِي أَنْتِ رَسُوْلَ اللهِ n. فَانْطَلَقْتُ إِلَى النَّبِيِّ n فَوَجَدْتُ امْرَأَةً مِنَ الْأَنْصَارِ عَلَى الْبَابِ، حَاجَتُهَا مِثْلُ حَاجَتِيْ. فَمَرَّ عَلَيْنَا بِلاَلٌ، فَقُلْنَا: سَلِ النَّبِيَّ n أَيَجْزِي عَنِّي أَنْ أُنْفِقَ عَلَى زَوْجِي وَأَيْتاَمٍ لِي فِي حِجْرِي. وَقُلْنَا: لاَ تُخْبِرْ بِنَا. فَدَخَلَ فَسَأَلَهُ، فَقَالَ: مَنْ هُمَا؟ قَالَ: زَيْنَبُ. قَالَ: أَيُّ الزَّياَنِبِ؟ قَالَ: امْرَأَةُ عَبْدِ اللهِ. قَالَ: نَعَمْ، وَلَهَا أَجْرُ الْقَرَابَةِ وَأَجْرُ الصَّدَقَةِ
“Aku pernah berada dalam masjid, ketika itu aku melihat Nabi n bersabda, ‘Bersedekahlah kalian (para wanita) walaupun dengan perhiasan kalian.’ Sementara Zainab biasa memberikan infak kepada Abdullah dan anak-anak yatim yang berada dalam pengasuhannya. Zainab berkata kepada Abdullah, ‘Tanyakan kepada Rasulullah SAW, apakah boleh bagiku memberikan infak kepadamu dan kepada anak-anak yatim yang dalam asuhanku?’ Abdullah berkata, ‘Kamu saja yang bertanya kepada Rasulullah.’ Aku pun pergi ke tempat Nabi SAW. Di depan pintu aku menjumpai seorang wanita dari kalangan Anshar, keperluannya (permasalahannya) sama dengan keperluanku. Ketika itu Bilal melewati kami, maka kami pun memanggilnya dan meminta kepadanya, ‘Tanyakan kepada Nabi SAW, apakah boleh bagiku memberikan infak kepada suamiku dan kepada anak-anak yatimku yang dalam asuhanku?’ Kami juga berpesan, ‘Jangan engkau beritahu kepada Nabi siapa kami berdua.’ Bilal pun masuk ke tempat Nabi dan bertanya kepada beliau. Setelahnya Rasulullah n bertanya, ‘Siapa dua wanita yang bertanya itu?’ Bilal menjawab, ‘Zainab.’ ‘Zainab yang mana?’ tanya Rasulullah SAW. Bilal menjawab, ‘Istri Abdullah.’ ‘Iya, boleh dan ia akan mendapatkan pahala karena menyambung hubungan kekerabatan dan pahala sedekah’.” (HR. Al-Bukhari no. 1466 dan Muslim no. 2315)


Menjadi istri yang layak dicintai


Rasulullah SAW pernah memberikan gambaran karakter seorang wanita salehah,
sekaligus istri yang layak dicintai, melalui sebuah kisah yg begitu indah dan inspiratif bagi semuanya.
Kisahnya bermula ketika Rasulullah SAW mengunjungi putrinya,Fatimah Az-Zahra r.a. Yg terlihat kepayahan mengurusi urusan rumah tangganya. Saat itu, Fatimah memimta seorang hamba sahaya kepada rasul untuk meringankan pekerjaannya.

Tetapi,Rasul tidak berkenan memberikannya hamba sahaya, beliau malah mendoakan kebaikan bagi Fatimah, sambil menyatakan bahwa istri yang mengurusi keperluan rumah tangga lah yang menkadi karakter seorang wanita dalam islam, yaitu ummu wa rabbatul bait yang akan mendatangkan keridhaan Allah SWT. Rasul juga memerintahkan Fatimah untuk mengunjungi rumah Fulanah binti Fulan.



Rasul menyatakan Fulanah itu adalah wanita salihah calon ahlul jannah (penghuni surga), dan agar Fatimah bisa mengambil ibrah (pelajaran) dari kepribadian Fulanah.

Fatimah pun segera menunaikan perintah Rasul itu,ia mendatangi kediaman Fulanah sambil membawa Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a. Sesampainya disana, Fatimah mengetuk pintu dan mengucapkan salam, lalu minta izin untuk masuk ke rumah Fulanah.

Tetapi, fulanah sama sekali tidak mengizinkannya. Ketika Fatimah mengatakan alasannya, “engkau datang bersama anak lelakimu, dan sesungguhnya suamiku tidak berkenan kalau ada rajul ajnabi(lelaki asing) di rumahnya, selagi dia tidak ada di rumah”

“tetapi, bukankah Hasan masih kecil dan belum baligh?” tanya Fatimah
“betul. Tetapi, dia tetap rajul ajnabi bagi diriku. Aku pun harus bersikap amanah atas perintah suamiku”
Maka, kagumlah Fatimah atas pribadi mulia Futanah binti Fulan itu. Lalu dia pun kembali ke rumahnya dan menitipkan Hasan, lalu kembali ke rumah Fulanah, untuk mengetahui kesalihan wanita yg dijanjikan Rasul sebagai calon penghuni surga itu.

Setelah diizinkan masuk ke rumah Fulanah, Fatimah kagum melihat kesibukan Fulanah dalam mengurusi keperluan rumah tangganya.

Kemudian, putri Rasul itu tertegun ketika melihat meja makan Fulanah, yang telah tersedia makanan hangat, minuman segar dan…sebuah cambuk!!

Fatimah memahami untuk apa makanan dan minuman itu dihidangkan, tetapi buat apa cambuk tsb disediakan di atas meja makan???

Saking penasaran, Fatimah segera menanyakan hal itu kepada tuan rumah. Fulanah hanya tersenyum, kemudian menjelaskan bahwa makanan,minuman sekaligus cambuk itu disediakan untuk suaminya. Kalau seandainya suaminya tidak ridha atas bakti dan pelayanan sebagai istri,maka dia bersedia untuk dicambuk demi menebus ketidakridhaannya itu. Fulanah juga menyatakan bahwa dia sungguh berharap keridhaan suaminua, kerna keridhaan suami adalah keridhaan Allah SWT.

Maka, semakin kagumlah Fatimah AzZahra r.a. Atas kualitas kesalehan Fulanah binti Fulan yg dikatakan Rasul -nya sebagai calon penghuni surga. Fatimah juga membenarkan apa yg telah dijanjikan Allah SWT, bahwa

SEBAIK-BAIKNYA PERHIASAN DUNIA ADALAH WANITA SHALIHAH,
SEMULIA-MULIANYA MANUSIA ADALAH PALING BERTAKWA,
DAN SEBAIK-BAIKNYA WANITA ADALAH WANITA YG PALING PINTAR MENYENANGKAN HATI SUAMINYA.

Rasulullah SAW pernah bersabda pada Muadz bin Jabal,

“kalau saja seorang manusia boleh bersujud kepada manusia lagi,aku akan memerintahkan seorang istri bersujud kepada suaminya”

Dalam AlQuran surat Annisa ayat34:
“kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita. Oleh karena itu,Allah telah melebihkan sebagian mereka (pria) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (pria) telah menafkahkan harta mereka, sebab itu maka wanita yang saleh adalah yang taat kepada Allah….”

Subhanallah, begitu indah makna yang dpt dipetik dari cerita ini.

ISTRI SHOLEHAH YANG MENGGAIRAHKAN

Abu Thalhah adalah salah seorang sahabat Nabi yang amat beruntung karena kehidupan keluarganya yang sakinah. Isterinya yang bernama Rumaisah atau lebih dikenal dengan Ummu Sulaim bukan hanya cantik dan menggairahkan, tapi juga shalehah dan cerdas. dikaruniai seorang anak dari Allah swt melengkapi kebahagiaan keluarga ini.

Namun demikian, selalu kumpul di rumah untuk selalu menikmati kebahagiaan tidaklah mungkin. Seorang suami harus keluar dari rumah untuk mencari nafkah yang juga menjadi tanggungjawab dan bukti cintanya kepada keluarga. Bahkan dalam situasi yang mendesak ia tetap harus lakukan hal itu.

Suatu ketika anak semata wayang yang mereka cintai jatuh sakit,  sementara Abu Thalhah harus keluar rumah untuk mencari nafkah dan bila tidak keluar rumah, ia tidak mendapatkan apa yang menjadi kebutuhan sehari-hari. Karenanya, meskipun terasa berat ia tetap pergi untuk melaksanakan kewajibannya itu.

Ketika sore hari, anaknya yang sakit akhirnya meninggal dunia. Duka amat dalam dirasakan oleh Rumaisah, iapun mengucurkan air mata sampai terasa sudah habis bersama kesedihannya yang juga demikian. Hari sudah mendekati malam yang berarti suaminya segera pulang, IA TIDAK INGIN SUAMINYA PULANG YANG DALAM KEADAAN LELAH HARUS BERHADAPAN DENGAN KESEDIHAN YANG DALAM DAN TIDAK MENYENANGKAN.


Untuk menyambut suaminya pulang, Ummu Sulaim memindahkan jenazah anak yang dicintainya itu ke kamar khusus, iapun menutupi wajahnya yang sedih dengan sedikit bersolek dan siap menyambut kepulangan suaminya malam itu dengan wajah gembira seperti tidak ada masalah.

Kepulangan Abu Thalhah betul-betul disambut dengan gembira, saat ia bertanya tentang keadaan anaknya, iapun menjawab bahwa sang anak sedang beristirahat, bahkan lebih tenang dari biasanya. Abu Thalhah tentu merasa bersyukur. Makan malam yang lezat sudah dihidangkan oleh isteri yang amat dicintainya, bahkan sesudah makan malam selesai, sang isteri dengan wajahnya yang bersinar, bahkan nampak lebih cantik dari biasanya mengajaknya bercengkrama dengannya sehingga Abu Thalhah melakukan hubungan suami isteri dengan kepuasan tersendiri.

Setelah sang suami isteri ini merengkuh kepuasan dan kebahagiaan malam itu, Rumaisah tiba-tiba bertanya kepada suaminya: “Bila ada orang menitipkan sesuatu kepada kita, sesuatu itu milik kita atau bukan, padahal kita amat menyenangi sesuatu itu?”.
 “Tentu bukan”, jawab Abu Thalhah.
Rumaisah melanjutkan pertanyaannya: “Bila sesuatu itu diambil oleh yang punya bagaimana?”.
“Tidak apa-apa, hak orang itu untuk mengambilnya karena memang hal itu miliknya”, jawab sang suami.
“Bila sesuatu itu adalah anak kita, anak itu milik kita atau titipan?”. Tanya Rumaisah lagi.
Sampai disini, Abu Thalhah merasa ada yang aneh dengan pertanyaan isterinya itu. Karenanya ia bertanya: “Apa sebenarnya maksud pertanyaanmu itu?”.
“Kalau kita menyadari bahwa anak kita adalah titipan Allah swt, maka Allah swt telah mengambilnya, ia telah wafat menjelang maghrib tadi”, jawab Rumaisah.

Meskipun kalimat itu diucapkan sedemikian pelan dan hati-hati, hal itu telah menggetarkan hati Abu Thalhah. Menyadari kematian sang anak yang dicintai membuatnya menjadi diam dan sedih serta termenung memikirkan kejadian  hari itu. BILA SANG ISTERI BERKATA APA ADANYA SEJAK KEPULANGANNYA, TIDAK MUNGKIN IA HARUS BERSENANG-SENANG DENGAN MAKAN YANG LEZAT DAN MELAKUKAN HUBUNGAN SUAMI ISTERI.

NAMUN, IA MENJADI SEMAKIN CINTA DAN BANGGA KEPADA SANG ISTERI ATAS KECERDASAN HATI DAN PIKIRANNYA ATAS PERISTIWA INI. “ISTERIKU TERNYATA TELAH BERBUAT SESUATU YANG PATUT DITELADANI”, PIKIRNYA MESKIPUN IA HAMPIR TIDAK PERCAYA DENGAN APA YANG DIALAMINYA.

Setelah jenazah sang anak diurus dengan baik. Abu Thalhah merenung atas kekagumannya kepada sang isteri, ia merasa sebagai seorang suami amat tertinggal dengan isterinya dalam menyikapi sesuatu. Ia ingin berusaha untuk menjadi lebih baik dari isterinya. Maka iapun datang kepada Rasulullah saw dan menceritakan peristiwa yang sesungguhnya terjadi.

Mendengar cerita Abu Thalhah, Rasulullah saw nampak sangat antusias, wajahnya nampak begitu gembira dengan cerita tentang keadaan umatnya yang mengagumkan. Karenanya sesudah mendengar cerita itu, Rasulullah saw mendo’akan agar Allah swt memberkati malam-malam berikutnya suami isteri yang tabah itu.

Kejadian ini menjadi cerita yang tersebar luas di Madinah, para suami isteri ingin memiliki ketabahan, kesabaran dan kesungguhan seperti Abu Thalhah dan Rumaisah ini. Harapan Rasulullah saw ternyata menjadi kenyataan. Suami isteri yang mulia ini dikarunia anak-anak yang tidak hanya satu, tapi tujuh anak yang mudah dididik dan dibina menjadi anak yang shaleh, bahkan anak-anak inipun menjadi penghafal Al-Qur’an yang mengagumkan.

Sahabat wanita… tak ada satupun laki-laki yang tidak menginginkan istrinya atau calon istrinya seperti Rumaisah, CINTA seorang lelaki tak akan perpaling sedikitpun jika Istrinya atau calon istrinya seperti Rumaisah, kecuali Lelaki itu BODOH. Jadilah Rumaisah kita akan serasa tinggal di SORGA sebelum SORGA

SUmber : m-mahbubi.blogspot.com

Senin, 28 Mei 2012

Bahaya Dosa Kecil

Hadits dari Sahl bin Sa’ad berkata;

Bersabda Rasulullah SAW:

Hati-hatilah terhadap dosa-dosa kecil. Hal itu tidak ubahnya seperti sekelompok orang yang turun ke sebuah lereng gunung. Mereka masing-masing membawa sebatang ranting kayu sehingga dengan ranting-ranting kayu itu bisa mereka masak roti. Dosa-dosa kecil kapan saja di lakukan oleh seseorang ia akan menjadi celaka. (Riwayat Ahmad).
 
Di dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad di atas Rasulullah menjelaskan kepada umatnya untuk berhati terhadap dosa-dosa kecil sebab dosa-dosa kecil bila sering dikerjakan akan menjadi besar juga dan akan mengkibatkan fatal bagi orang yang melakukannya.


Rasulullah mencontohkan dosa kecil itu seperti sekelompok orang yang pergi ke suatu tempat rekriasi dengan tujuan masak dan makan bersama. 

Kepada setiap orang dianjurkan membawa hanya sebatang ranting kayu untuk dijadikan kayu bakar. Ternyata setelah dikumpulkan ranting-ranting itu semuanya jadilah satu tumpukan besar sehingga bisa menanak semua makanan yang mereka inginkan. 

Target syaithan terkutuk yang paling utama adalah ingin mengeluarkan manusia dari iman dan menjerumuskan kedalam kekafiran. Bila hal ini tidak mampu mereka mengajak manusia untuk melakukan dosa-dosa besar, seperti berzina, membunuh, minum minuman yang memabukkan dan lain-lain.Bila ini tidak mampan syaithan mendorong dan mangajak manusia untuk melakukan dosa-dosa kecil yang tidak terhitung jumlah dan ragamnya.


Sebagai contoh kita sebutkan saja misalnya melihat wanita dengan syahawat, menghabiskan waktu pada pekerjaan yang tidak bermanfaat; duduk berjam-jam di warung kopi, main batu semalam suntuk, melanggar rambu-rambu lalu lintas dan banyak lagi yang lainnya. Syaithan sangat senang bila manusia sibuk dengan dosa-dosa kecil dan selalu mengajaknya dengan caranya sendiri; tidak mengapa ini hanya dosa kecil saja asal tidak dikerjakan dosa besar.

Dosa-dosa kecil bila dikerjakan secara terus menerus maka ia akan menjadi besar dan gemuk. Menyengaja dan membiasakan diri dengan dosa-dosa kecil berarti sama dengan merencanakan untuk memulai berbuat dosa besar. Bukankah suatu dosa besar duduk berjam-jam menontong televisi di warung kopi sehingga menyia-nyiakan urusan rumah tangga. Atau main batu semalam suntuk yang ujung-ujungnya tidak sempat shalat subuh.

Bukankah meningalkan shalat itu suatu dosa besar. Pepatah lama mengatakan: Qalilan-qalilan yakunu jabalan (Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit). Allahu waliyyuttaufiq.
 
SUmber : gemabaiturrahman.com

KISAH AINI , GADIS SHOLEHAH

Aini,Seorang gadis,usia menginjak 37 th,yg memiliki Kedewasaan sikap, kesabaran, keistiqomahan, dan pengabdian yang luar biasa meretas jalan dakwah. Seorang muharrik dakwah yang tangguh dan tak pernah menyerah. Sosok yang tidak pernah mengeluh, tidak pernah putus asa dan memiliki khusnuzon yang teramat tinggi kepada Allah. Dan dia adalah salah satu amanah terberat bg seorang ibu, ketika memang harusnya ia sudah memasuki sebuah jenjang pernikahan.

Ketika beberapa akhwat lain yang lebih muda usianya melenggang dengan mudahnya menuju jenjang tersebut, maka Aini ,Allah taqdirkan harus terus meretas kesabaran. Beberapa kali ibunya berikhtiar membantunya menemukan ikhwan sholeh, tetapi ketika sudah memulai setengah perjalanan proses..Allah pun berkehendak lain. Namun begitu, tidak pernah ada protes yang keluar dari lisannya, tidak juga ada keluh kesah, atau bahkan mempertanyakan kenapa sang ikhwan begitu " lemahnya " hingga tidak mampu menerjang berbagai penghalang ? Atau ketika masalah fisik, suku, serta terlebih usia yang selalu menjadi kendala utama seorang ikhwan mengundurkan diri , Aini pun tidak pernah mempertanyakan atau memprotes " kenapa ikhwan sekarang seperti ini ?


Tidak ada gurat sesal, kecewa, atau sedih pada raut muka ataupun tutur katanya. Kepasrahan dan keyakinan terhadap kehendak Allah begitu indah terlukis dalam dirinya.

Hingga, akhirnya seorang ikhwan sholeh yang dengan kebaikan akhlak serta ilmunya, datang dan berkenan untuk menjadikannya seorang pendamping. Tidak ada luapan kebahagiaan yang ia tampakkan selain ucapan singkat yang penuh makna "Alhamdulillah..jazakillah ibu sudah membantu...mohon doa agar diridhai Allah "

Alhamdulillah , Allah mudahkan proses ta’arauf serta khitbah mereka, tanpa ada kendala apapun seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Padahal ikhwan sholeh yang Allah pilihkan tersebut berusia 8 tahun lebih muda dari usianya.

Berkomitmen pada sunnah Rasulullah untuk menyegerakan sebuah pernikahan, maka rencana akad pun direncanakan 1 bulan kemudian, bertepatan dengan selesainya adik sang ikhwan menyelesaikan studi di negeri Mesir.

Namun , Allah lah Maha Sebaik-baik Pembuat keputusan..

2 minggu menjelang hari pernikahan, sebuah kabar duka pun datang. Usai Aini mengisi sebuah ta’lim , motor yang dikendarainya terserempet sebuah mobil, dan menabrak kontainer didepannya. Aini sholehah pun harus meregang nyawa di ruang ICU. 2 hari setelah peristiwa itu, Rumah sakit yang menanganinya pun menyatakan menyerah. Tidak sanggup berbuat banyak karena kondisinya yang begitu parah.

Hanya iringan dzikir disela-sela isak tangis keluarga yang berada disana. Semua keluarga Aini juga sang ikhwan pun sudah berkumpul. Mencoba menata hati bersama untuk pasrah dan bersiap menerima apapun ketentuanNya.mereka hanya terus berdoa agar Allah berikan yang terbaik dan terindah untuknya. Hingga sesaat, Allah mengijinkan Aini tersadar dan menggerakkan jemarinya. Rabb..sebait harapan pun kembali mereka rajut agar Allah berkenan memberikan kesembuhan, walau harapan itu terus menipis seiring kondisinya yang semakin melemah. Hingga kemudian sang ikhwan pun mengajukan sebuah permintaan kepada keluarga Aini.

" Ijinkan saya untuk membantunya menggenapkan setengah Dien ini. Jika Allah berkehendak memanggilnya, maka ia datang menghadap Allah dalam keadaan sudah melaksanakan sunnah Rasulullah..."

Permintaan yang membuat keluarga semua tertegun. Yakinkah dia dengan keputusannya ?

Dalam kedaaan demikian , akhirnya 2 keluarga besar itupun sepakat memenuhi permintaan sang ikhwan.

Sang bunda pun membisikkan rencana tersebut di telinga Aini. Dan baru kali itulah ibunya melihat aliran airmata mengalir dari sepasang mata jernihnya.

Tepat pukul 16.00, dihadiri seorang penghulu,orangtua dari 2 pihak, serta beberapa sahabat dan dokter serta perawat...pernikahan yang penuh tangis duka itupun dilaksanakan. Tidak seperti pernikahan lazimnya yang diiringi tangis kebahagiaan, maka pernikahan tersebut penuh dengan rasa yang sangat sulit terlukiskan.Khidmat, sepi namun penuh isakan tangis kesedihan.

Tepat setelah ijab kabul terucap...sang ikhwan pun mencium kening Aini serta membacakan doa diatas kain perban putih yang sudah berganti warna menjadi merah penuh darah yang menutupi hampir seluruh kepala Aini. Lirih, terdngar dengar Aini berucap, " Tolong Ikhlaskan saya....."

Hanya 5 menit. Ya..hanya 5 menit setelah ijab kabul itu. Tangisanpun memecah ruangan yang tadinya senyap menahan sesak dan airmata. Akhirnya Allah menjemputnya dalam keadaan tenang dan senyum indah.

Dia telah menjemput seorang bidadari...

Sungguh indah karunia dan janji yang telah Allah berikan padanya...

Dia memang hanya pantas untuk para mujahidNya di Jannah al firdausi....

Dan sang ikhwan pun melepas dengan penuh sukacita dengan iringan tetes airmata yang tidak kuasa ditahannya...

" ..Saya telah menikahi seorang bidadari.. nikmat mana lagi yang saya dustakan..."

Begitulah sang ikhwan sholeh mengutip ayat Ar RahmanNya...

Ya Rabb..Engkau sebaik-baik pembuat skenario kehidupan hambaMu..Maka jadikanlah kami senantiasa dapat memngambil hikmah dari setiap episode kehidupan yang Engkau berikan...

Aamiin

Sumber : : Selendang Pelangi Sang Bidadari

..

Rabu, 23 Mei 2012

Meredam Duka Saat Menghadapi Musibah


Musibah merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup kita. Silih berganti datang, bagaikan sapuan kuas warna-warni yang mengisi lukisan kehidupan. Begitulah adanya musibah, dan begitulah sunnatullah yang berlaku, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya:

 ”Sungguh, Kami pasti akan mengujimu dengan sebagian dari rasa takut, lapar, serta kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan..”(Al-Baqarah:155).
Musibah merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup kita. Silih berganti datang, bagaikan sapuan kuas warna-warni yang mengisi lukisan kehidupan. Begitulah adanya musibah, dan begitulah sunnatullah yang berlaku, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya:

 ”Sungguh, Kami pasti akan mengujimu dengan sebagian dari rasa takut, lapar, serta kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan..”(Al-Baqarah:155).

Namun, bukanlah sikap yang bijak jika kita menyikapi setiap musibah yang datang dengan cara-cara jahiliyah, menangis meraung-raung, memaki diri dan orang lain, atau bahkan sumpah serapah yang tak sopan dan tak perlu. Sebab, semua itu tidak akan mengurangi kadar musibah, dan justru menambah berat beban perasaan kita sendiri. Apalagi jika disertai ‘tuduhan’ dan persangkaan buruk terhadap kehendak Allah.


Musibah juga kerap kali membuat seseorang begitu frustasi, seakan dunia sudah berakhir, dan tak jarang berakhir dengan usaha bunuh diri, wal iyadzu billah. Stres dan depresi yang melanda, jika tak diiringi benteng iman yang kokoh, memang bisa melahirkan atraksi bunuh diri. Beberapa artis barat, yang notabene berlimpah materi, berakhir mengenaskan seperti ini.

Sebagai seorang muslimah, yang merupakan taman tarbiyah bagi generasi penerus, sikap seperti itu tentunya perlu dibuang jauh-jauh dari kamus kehidupan. Maka, sabar menjadi perisai yang ampuh ketika menghadapi musibah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

”…Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (Sesungguhnya kita milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kita kembali). Mereka itulah yang rnmendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Al-Baqarah: 155-157)

Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, seorang ulama yang karya-karyanya banyak berbicara masalah hati, membahas lebih jauh terapi penghilang duka lara dalam buku beliau. Buku rnyang oleh penerbit dan penerjemahnya diberi judul ‘Meredam Duka Saat Menghadapi Musibah‘ ini banyak memberikan kiat dan terapi agar kita terhibur dan tidak larut dalam kesedihan yang panjang.

Hal pertama yang patut kita sadari, sebagai terapi yang paling mujarab, adalah bahwa kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah, sebagaimana yang ditunjukkan dalam ayat di atas. Keyakinan tersebut mempunyai dua prinsip agung, yang jika seorang hamba benar-benar memahami kedua prinsip tersebut, maka ia akan terhibur dari musibah yang menimpanya. Ibnul Qoyyim menjabarkan  dua prinsip tersebut sebagai berikut,

Pertama, bahwa seorang hamba beserta keluarga dan hartanya benar-benar merupakan milik Allah subhanahu wa ta’ala. Milik Allah itu telah diserahkan kepada hamba sebagai pinjaman, maka jika Allah mengambil kembali pinjaman itu darinya, kedudukannya seperti pemberi pinjaman yang mengambil barang yang dipinjam. Keluarga dan hartanya itu selalu berada di antara dua ketiadaan, yaitu ketiadaan sebelumnya dan ketiadaan sesudahnya. Kepemilikan hamba terhadapnya hanyalah kesenangan yang dipinjamkan dalam jangka waktu sementara. Hamba bukanlah yang mengadakannya dari ketiadaan, sehingga tidak bisa menjadi pemiliknya secara hakiki. Hamba juga tidak bisa menjaganya dari berbagai bencana setelah ia ada. Juga tidak bisa mengekalkan keberadaannya.

Jadi, seorang hamba sama sekali tidak memiliki pengaruh terhadapnya, tidak memiliki secara hakiki. Bahkan, ia hanya dapat menggunakannya dalam batas wewenang seperti seorang budak yang diperintah dan dilarang, bukan sesuka hatinya seperti wewenang seorang pemilik. Karena itu, seorang hamba tidak boleh melakukan tindakan terhadapnya kecuali sesuai dengan perintah Pemilik yang hakiki.

Kedua, tempat kembali seorang hamba adalah Allah, tuannya yang sejati. Ia pasti meninggalkan dunia di belakangnya dan menghadap kepada Rabbnya seorang diri, sebagaimana ketika pertama kali ia diciptakan-Nya, tanpa ditemani oleh keluarga, harta, atau kerabat, melainkan hanya ditemani oleh amal kebajikan dan amal kejahatan. Bila demikian asal muasal seorang hamba, apa yang ditinggalkannya dan akhir hidupnya, bagaimana ia bisa bergembira dengan sesuatu yang ada atau berduka atas sesuatu yang tiada? Jadi, berpikir tentang asal muasal dan akhir kehidupan, merupakan terapi paling mujarab terhadap penyakit ini.

Pemahaman lain yang perlu kita yakini adalah bahwa apa pun yang ditakdirkan menimpa kita, tidak mungkin untuk dihindari, sebaliknya apa pun yang tidak ditakdirkan terluput dari kita, tidak mungkin menimpa kita. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

”Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
(Al-Hadid: 22-23).

Beliau, Ibnul Qoyyim, juga memberikan terapi dan kiat lainnya untuk meringankan dan menghilangkan duka akibat musibah yang menimpa. Beliau juga mengetengahkan teladan Rasulullah dalam menghadapi kesulitan, kecemasan, dan kesedihan.

Kapasitas penulisnya, membuat ukhti tidak perlu ragu lagi untuk memiliki atau paling tidak membaca buku yang diterbitkan oleh Penerbit Al-Qawam setebal 92 halaman ini. Buku ini cukup tipis, dan dapat dibawa ketika ukhti bepergian, tentu saja untuk dibaca, direnungkan, dan terutama diamalkan isinya.

Semoga bermanfaat.

Sumber : jilbab.or.id

KISAH JILBAB HATI


Ada seorang wanita yang dikenal taat beribadah. Ia kadang menjalankan ibadah sunnah. Hanya satu kekurangannya. Ia tak mau berjilbab. Menutup auratnya. Setiap kali ditanya ia hanya tersenyum dan menjawab, “Insyaallah. Yang penting hati dulu yang berjilbab.” Sudah banyak orang yang menanyakannya maupun menasehatinya. Tapi jawabannya tetap sama.
Hingga di suatu malam…

Ia bermimpi sedang di sebuah taman yang sangat indah. Rumputnya sangat hijau, berbagai macam bunga bermekaran. Ia bahkan bisa merasakan segarnya udara dan wanginya bunga. Sebuah sungai yang sangat jernih hingga dasarnya kelihatan, melintas di pinngir taman. Semilir angin pun ia rasakan di sela-sela jarinya. Ia tidak sendiri. Ada beberapa wanita disitu yang terlihat jjuga menikmati keindahan taman. Ia pun menghampiri salah satu wanita. Wajahnya sangat bersih, seakan-akan memancarkan cahaya yang sangat lembut.

“Assalamualaikum, saudariku..”
“Wa alaikumsalam.. Selamat datang, saudariku.”
“Terima kasih. Apakah ini surga?”


Wanita itu tersenyum.
“Tentu saja bukan, saudariku. ini hanyalah tempat menunggu sebelum ke surga.”
“Benarkah? Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini.”

Wanita itu tersenyum lagi.
“Amalan apa yang bisa membuatmu kemari, saudariku?”
“Aku selalu menjaga waktu sholat dan aku menambahnya dengan ibadah sunnah.”
“Alhamdulillah..”

Tiba-tiba jauh di ujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu terbuka. Dan ia melihat beberapa wanita yang berada di taman mulai memasukinya satu persatu.
“Ayo, kita ikuti mereka.” kata wanita itu sambil setengah berlari.
“Apa di balik pintu itu?” katanya sambil mengikuti wanita itu.
“Tentu saja surga, saudariku” larinya semakin cepat.
“Tunggu…tunggu aku..” ia berlari namun tetap tertinggal.

Wanita itu hanya setengah berlari sambil tersenyum padanya. Ia tetap tak mampu mengejarnya meski ia sudah berlari. Ia lalu berteriak, ” Amalan apa yang telah kau lakukan hingga kau begitu ringan?”
“Sama denganmu, saudariku.” jawab wanita itu sambil tersenyum.

Wanita itu telah mencapai pintu. Sebelah kakinya telah melewati pintu. Sebelum wanita itu melewati pintu sepenuhnya, ia berteriak pada wanita itu, “Amalan apalagi yang kau lakukan yang tidak kulakukan?”
Wanita itu menatapnya dan tersenyum. Lalu berkata, “Apakah kau tak memperhatikan dirimu apa yang membedakan dengan diriku?”

Ia sudah kehabisan napas, tak mampu lagi menjawab.

“Apakah kau mengira Rabbmu akan mengijinkanmu masuk ke surgaNya tanpa jilbab menutup auratmu?”
Tubuh wanita itu telah melewati pintu, tapi tiba-tiba kepalanya mengintip keluar, memandangnya dan berkata, “Sungguh sangat disayangkan amalanmu tak mampu membuatmu mengikutiku memasuki surga ini. Maka kau tak akan pernah mendapatkan surga ini untuk dirimu. Cukuplah surga hanya sampai di hatimu karena niatmu adalah menghijabi hati.”

Ia tertegun..lalu terbangun..beristighfar lalu mengambil air wudhu. Ia tunaikan sholat malam. Menangis dan menyesali perkataannya dulu..berjanji pada Allah sejak saat itu ia akan menutup auratnya.
 

Indahnya Menjadi Muslimah

Bismillahirrahmanirrahim…

“Suit…Suit…”Terdengar suara siulan dari beberapa pemuda yang nongkrong di depan gang, si cewek yang merasa digoda menampakkan mukanya yang memerah karena marah.
“Heh!! nggak pernah liat cewek jalan kali ya!”
Salah satu pemuda nggak mau kalah dengan menimpali,”lho mbak, ada rejeki lewat
Di depan mata masa mau ditolak, lagian si mbak pake baju yang aduhai, jadi buat kita gimana gitu,berartikan emang mau ngasih rejeki buat kita-kita.”

Pandangan nakal si pemuda terus melihat kaki si cewek dengan rok mininya dan baju ketat yang dia pakai. Dengan kesal si cewek berlalu tanpa bisa membela diri.


Datang lagi cewek ke dua, dengan pakaian yang kurang bahan masih di tempat yang sama dengan pemuda yang sama, tanpa berpikir lama para pemuda melakukan hal yang sama dengan cewek pertama.
” Suit…suit…”Si cewek malah malu-malu bangga karna digoda, menambah semangat pikiran kotor mereka.
“Mau kemana mbak ,sendirian aja nih, mau kita anterin ngga, wanita cantik kasian jalan sendirian,” seneng banget si cewe di bilang cantik, menambah semu merah di pipinya,lantas berlalu dengan senyum bangga.

Datang lagi cewe ke tiga, dengan pakaian lengkap, jilbab yang membungkus auratnya, tanpa ketinggalan kerudung panjang yang menutupi dada nya, lewat di depan para pemuda tadi dengan tertunduk dan memegang erat ujung kerudungnya.
Tak ada godaan yang terdengar, hanya ucapan salam dari salah satu pemuda dan karena itu menjadi kewajibannya untuk menjawab, dia menjawab dengan lirih, bahkan si pemberi salam pun mungkin tak mendengar, dengan langkah mantap dan tegas, dia lewat begitu saja.

================================

Subhanallah..itu hanya kisah fiktif yang mungkin dari beberapa diantara muslimah pernah mengalami. Renungkan sejenak,sahabat mau memilih jadi cewek yang mana???

Sungguh indah menjadi seorang muslimah, islam sangat menghormati wanita, tapi tidak bagi wanitanya yang enggan menghormati dirinya sendiri dan kesucian auratnya. Lihatlah wanita sekarang menjadi komuditas yang diekspos dan diperjualkan auratnya di media, bahkan berlomba-lomba menampakkan auratnya dikalangan laki-laki agar bisa di banggakan..Naudzubillah..

Dimanakah rasa malu kini, ingatkah sabda Rasulullah Alaihi Wasallam kalau memang sudah ngga punya malu, lakukanlah sesukamu. Wah…hancurlah sudah rasa malu itu, hilanglah sudah kehormatan yang di banggakannya, pupuslah sudah kesuciannya.

Sungguh indah menjadi muslimah, islam sangat memuliakan wanita. Kamu tentu sudah berulang kali diingatkan betapa penting menutup aurat,Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menegaskan dalam firman-Nya surat An Nur 31 dan pakaian yang seharusnya dalam surat Al Ahzab 59,dan Allah telah mewajibkan mu ber jilbab maka sudah tentu ada ketentuan ketentuanya, berjilbab bukan hanya menutup auratmu, tapi perlu diketahui bahwa pakaian muslimah yang syari bukan sekedar menutup kepala.Tapi menjaga bentuk tubuhnya, dengan pakaian longgar alias tidak ketat, tidak menerawang, tidak menyerupai laki-laki,tidak tabarruj, tidak memberi wangi-wangian yang berlebihan sehingga menimbulkan fitnah.

Sungguh indah menjadi muslimah, islam sangat menjaga wanita. Mari perteguh mahkotamu dengan jilbab, jangan ragu dengan apa kata mereka tentang jilbab, karena Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda bahwa islam berawal dari keterasingan dan akan kembali asing,maka berbahagialah orang-orang yang asing ( al hadits).

Menjadi wanita itu indah,menjadi muslimah itu sangat indah,menjadi mukminah jauh lebih indah dan menjadi sholehah adalah pilihan..Tentukanlah Pilihanmu Mulai Sekarang ^_^

Wallahua’lam bi shawab.

sumber : www.bukanmuslimahbiasa.com

cara setan menggoda wanita dalam hal berpakaian

Setan memiliki 1001 cara untuk menjerat manusia ke dalam perangkapnya, menggunakan berbagai macam strategi untuk menjeremuskan manusia ke dalam kenistaan.

Setan tahu persis kelemahan manusia yang cenderung memperturutkan hawa nafsu, dia terus berusaha untuk menjauhkan manusia dari aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah Jalla wa ‘Ala. Khususnya kaum wanita yang dijauhkan dari jati dirinya sebagai seorang muslimah yaitu mengenakan hijab. Berikut ini tahapan-tahapannya.

I. Menghilangkan Definisi Hijab
Dalam tahap ini setan membisikkan kepada para wanita, bahwa pakaian apapun termasuk hijab (penutup) itu tidak ada kaitannya dengan agama, ia hanya sekadar pakaian atau mode hiasan bagi para wanita. Jadi tidak ada pakaian syar'i, pakaian ya pakaian, apa pun bentuk dan namanya.

Sehingga akibatnya, ketika zaman telah berubah, atau kebudayaan manusia telah berganti, maka tidak ada masalah pakaian ikut ganti juga.

Demikian pula ketika seseorang berpindah dari suatu negeri ke negeri yang lain, maka harus menyesuaikan diri dengan pakaian penduduknya, apapun yang mereka pakai.

Berbeda halnya jika seorang wanita berkeyakinan, bahwa hijab adalah pakaian syar'i (identitas keislaman), dan memakainya adalah ibadah bukan sekedar mode. Biarpun hidup kapan saja dan di mana saja, maka hijab syar'i tetap dipertahankan.
Apabila seorang wanita masih bertahan dengan prinsip hijabnya, maka setan beralih dengan strategi yang lebih halus. Caranya?

Pertama, Membuka Bagian Tangan
Telapak tangan mungkin sudah terbiasa terbuka, maka setan membisikkan kepada para wanita agar ada sedikit peningkatan model yakni membuka bagian hasta (siku hingga telapak tangan).

"Ah tidak apa-apa, kan masih pakai jilbab dan pakai baju panjang? Begitu bisikan setan. Dan benar sang wanita akhirnya memakai pakain model baru yang menampakkan tangannya, dan ternyata para lelaki yang melihat nya juga biasa-biasa saja. Maka setan berbisik," Tuh tidak apa-apa kan?

Kedua, Membuka Leher dan Dada
Setelah menampakkan tangan menjadi kebiasaan, maka datanglah setan untuk membisikkan hal baru lagi. "Kini buka tangan sudah lumrah, maka perlu ada peningkatan model pakaian yang lebih maju lagi, yakni terbuka bagian atas dada kamu."

Tapi jangan sebut sebagai pakaian terbuka, hanya sekedar sedikit untuk mendapatkan hawa, agar tidak gerah. Cobalah! Orang pasti tidak akan peduli, sebab hanya bagian kecil saja yang terbuka.

Maka dipakailah pakaian model baru yang terbuka bagian leher dan dadanya dari yang model setengah lingkaran hingga yang model bentuk huruf "V" yang tentu menjadikan lebih terlihat lagi bagian sensitif lagi dari dadanya.


Ketiga, Berpakaian Tapi Telanjang
Setan berbisik lagi, "Pakaian kok hanya gitu-gitu saja, cari model atau bahan lain yang lebih bagus! Tapi apa ya? Sang wanita bergumam. "Banyak model dan kain yang agak tipis, lalu bentuknya dibuat yang agak ketat biar lebih enak dipandang," setan memberi ide baru.

Maka tergodalah si wanita, di carilah model pakaian yang ketat dan kain yang tipis bahkan transparan. "Nggak apa-apa kok, kan potongan pakaiannya masih panjang, hanya bahan dan modelnya saja yang agak berbeda, biar nampak lebih feminin," begitu dia menambahkan. Walhasil pakaian tersebut akhirnya membudaya di kalangan wanita muslimah, makin hari makin bertambah ketat dan transparan, maka jadilah mereka wanita yang disebut oleh Nabi sebagai wanita kasiyat 'ariyat (berpakaian tetapi telanjang).

Keempat, Agak di Buka Sedikit
Setelah para wanita muslimah mengenakan busana yang ketat, maka setan datang lagi. Dan sebagaimana biasanya dia menawarkan ide baru yang sepertinya segar dan enak, yakni dibisiki wanita itu, "Pakaian seperti ini membuat susah berjalan atau duduk, soalnya sempit, apa nggak sebaiknya di belah hingga lutut atau mendekati paha?" Dengan itu kamu akan lebih leluasa, lebih kelihatan lincah dan enerjik."

Lalu dicobalah ide baru itu, dan memang benar dengan dibelah mulai bagian bawah hingga lutut atau mendekati paha ternyata membuat lebih enak dan leluasa, terutama ketika akan duduk atau naik ke jok mobil. "Yah tersingkap sedikit nggak apa-apa lah, yang penting enjoy," katanya.

Inilah tahapan awal setan merusak kaum wanita, hingga tahap ini pakaian masih tetap utuh dan panjang, hanya model, corak, potongan dan bahan saja yang dibuat berbeda dengan hijab syar'i yang sebenarnya.Maka kini mulailah setan pada tahapan berikutnya.

II. Terbuka Sedikit Demi Sedikit
Kini setan melangkah lagi, dengan trik dan siasat lain yang lebih ampuh, tujuannya agar para wanita menampak kan bagian aurat tubuhnya.

Pertama, Membuka Telapak Kaki dan Tumit
Setan Berbisik kepada para wanita, "Baju panjang benar-benar membuat repot, kalau hanya dengan membelah sedikit bagiannya masih kurang leluasa, lebih enak kalau di potong saja hingga atas mata kaki." Ini baru agak longgar. "Oh ada yang kelupaan, kalau kamu bakai baju demikian, maka jilbab yang besar tidak cocok lagi, sekarang kamu cari jilbab yang kecil agar lebih serasi dan gaul, toh orang tetap menamakannya dengan jilbab."

Maka para wanita yang terpengaruh dengan bisikan ini buru-buru mencari model pakaian yang dimaksudkan. Tak ketinggalan sepatu hak tinggi, yang kalau untuk berjalan mengeluarkan suara yang menarik perhatian orang.

Sambungan (II Terbuka Sedikit Demi Sedikit)
Kedua, Membuka Seperempat Hingga Separuh Betis
Terbuka telapak kaki telah biasa ia lakukan, dan ternyata orang-orang yang melihat juga tidak begitu peduli. Maka setan kembali berbisik, "Ternyata kebanyakan manusia menyukai apa yang kamu lakukan, buktinya mereka tidak bereaksi apa-apa, kecuali hanya beberapa orang. Kalau langkah kakimu masih kurang leluasa, maka cobalah kamu cari model lain yang lebih enak, bukankah kini banyak rok setengah betis dijual di pasaran? Tidak usah terlalu mencolok, hanya terlihat kira-kira sepuluh senti saja." Nanti kalau sudah terbiasa, baru kamu cari model baru yang terbuka hingga setengah betis."

Benar-benar bisikan setan dan hawa nafsu telah menjadi penasehat pribadinya, sehingga apa yang saja yang dibisikkan setan dalam jiwanya dia turuti. Maka terbiasalah dia mema-kai pakaian yang terlihat separuh betisnya kemana saja dia pergi.

Ketiga, Terbuka Seluruh Betis
Kini di mata si wanita, zaman benar-benar telah berubah, setan telah berhasil membalikkan pandangan jernihnya. Terkadang sang wanita berpikir, apakah ini tidak menyelisihi para wanita di masa Nabi dahulu.

Namun buru-buru bisikan setan dan hawa nafsu menyahut, "Ah jelas enggak, kan sekarang zaman sudah berubah, kalau zaman dulu para lelaki mengangkat pakaiannya hingga setengah betis, maka wanitanya harus menyelisihi dengan menjulurkannya hingga menutup telapak kaki, tapi kini lain, sekarang banyak laki-laki yang menurunkan pakaiannya hingga bawah mata kaki, maka wanitanya harus menyelisihi mereka yaitu dengan mengangkatnya hingga setengah betis atau kalau perlu lebih ke atas lagi, sehingga nampak seluruh betisnya."

Tetapi… apakah itu tidak menjadi fitnah bagi kaum laki-laki," gumamnya.

"Fitnah? Ah itu kan zaman dulu, di masa itu kaum laki-laki tidak suka kalau wanita menampakkan auratnya, sehingga wanita-wanita mereka lebih banyak di rumah dan pakaian mereka sangat tertutup. Tapi sekarang sudah berbeda, kini kaum laki-laki kalau melihat bagian tubuh wanita yang terbuka malah senang dan mengatakan ooh atau wow, bukankah ini berarti sudah tidak ada lagi fitnah, karena sama-sama suka? Lihat saja model pakaian di sana-sini, dari yang di emperan hingga yang yang bermerek kenamaan, seperti Kristian Dior, semuanya menawarkan model yang dirancang khusus untuk wanita maju di zaman ini. Kalau kamu tidak mengikuti model itu akan menjadi wanita yang ketinggalan zaman."

Demikianlah, maka pakaian yang menampakkan seluruh betis biasa dia kenakan, apalagi banyak para wanita yang memakainya dan sedikit sekali orang yang mempermasalahkan itu. Kini tibalah saatnya setan melancarkan tahap terakhir dari siasatnya untuk melucuti hijab wanita.

III. Serba Mini
Setelah pakaian yang menampak kan betis menjadi pakaian sehari-hari dan dirasa biasa-biasa saja, maka datanglah bisikan setan yang lain. "Pakaian membutuhkan variasi, jangan itu-itu saja, sekarang ini modelnya rok mini, dan agar serasi rambut kepala harus terbuka, sehingga benar-benar kelihatan indah."

Maka akhirnya rok mini yang menampakkan bagian bawah paha dia pakai, bajunya pun bervariasi, ada yang terbuka hingga lengan tangan, terbuka bagian dada sekaligus bagian punggung nya dan berbagai model lain yang serba pendek dan mini.

Koleksi pakaiannya sangat beraneka ragam, ada pakaian pesta, berlibur, pakaian kerja, pakaian resmi, pakaian malam, sore, musim panas, musim dingin dan lain-lain, tak ketinggalan celana pendek separuh paha pun dia miliki, model dan warna rambut juga ikut bervariasi, semuanya telah dicoba. Begitulah sesuatu yang sepertinya mustahil untuk dilakukan, ternyata kalau sudah dihiasi oleh setan, maka segalanya menjadi serba mungkin dan diterima oleh manusia.

Hingga suatu ketika, muncul ide untuk mandi di kolam renang terbuka atau mandi di pantai, di mana semua wanitanya sama, hanya dua bagian paling rawan saja yang tersisa untuk ditutupi, kemaluan dan buah dada. Mereka semua mengenakan pakaian yang sering disebut dengan "bikini".

Karena semuanya begitu, maka harus ikut begitu, dan na'udzu billah bisikan setan berhasil, tujuannya tercapai, "Menelanjangi Kaum Wanita." Selanjutnya terserah kamu wahai wanita, kalian semua sama, telanjang di hadapan laki-laki lain, di tempat umum. Aku berlepas diri kalau nanti kelak kalian sama-sama di neraka. Aku hanya menunjukkan jalan, engkau sendiri yang melakukan itu semua, maka tanggung sendiri semua dosamu" Setan tak mau ambil resiko.

Penutup
Demikian halus, cara yang digunakan syaitan, sehingga manusia terjeru-mus dalam dosa tanpa terasa. Maka hendaklah kita semua, terutama Muslimah sebagai saudari yang tentunya tidak menginginkan saudarinya dalam kemaksiatan kepada Allah Jalla wa ‘Ala, segera secepatnya diambil tindakan.

Jangan biarkan berlarut-larut, karena kalau dibiarkan dan telah menjadi kebiasaan, maka sangat sulit bagi kita untuk mengatasinya.

Membiarkan mereka membuka aurat berarti merelakan mereka mendapatkan laknat Allah, kasihanilah mereka, selamatkan para wanita muslimah, jangan jerumuskan mereka ke dalam kebinasaan yang menyeng-sarakan, baik di dunia maupun di akhirat.
Wallahu a'lam bis shawab.

Sumber : dunianobrian.blogspot.com

INDAHNYA BERSYUKUR


Dan jika engkau mendapatkan kenikmatan, maka peliharalah. Sesungguhnya kemaksiatan menghilangkan nikmat.”


♥ Adalah lebih baik jika jiwa berfikir bahwa segala anugerah yang telah diberikan, dijadikan bekal untuk menjalankan ketaatan kepada Allah.


♥ Betapapun, kehidupan ini merupakan anugerah terindah dari Allah untukmu....

Maka terimalah hadiah terindah dari Rabbmu dengan jiwa yang penuh rasa syukur dan memuji kebesaranNya...


Karena sesungguhnya Allah tidak menciptakan nikmat-nikmat ini kecuali sebagai sarana untuk menyembahNya.


♥Tak dapat dipungkiri bahwa didunia ini segala sesuatunya bersifat nisbi, tidak semua yang kita inginkan dapat menjadi kenyataan.

Boleh jadi segala sesuatu yang tidak kita sukai akan datang menghampiri diri.

dan sebaliknya...
Segala sesuatu yang kita inginkan justru menjauhi diri kita.

Maka....
Bersyukurlah wahai jiwa Ketika engkau mendapat kesenangan dan bersabarlah ketika mendapat ujian.

♥ Hendaklah jiwa hanya bergantung kepada Allah semata. Sebab, manusia sangatlah tidak pantas untuk dijadikan sandaran dan tempat menyerahkan segala urusan.

“Sesungguhnya mereka tidak akan dapat membuat kamu tidak membutuhkan Allah sedikitpun.”(QS.Al-Jatsiyah:19)

Sabtu, 19 Mei 2012

HAK-HAK SUAMI ATAS ISTRI-

Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia diciptakan Allah Ta'ala cocok dengan fitrah ini, karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala menyuruh manusia menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga manusia berjalan di atas fitrahnya.

Perkawinan adalah fithrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk nikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam. Firman Allah Ta'ala.
 
"Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) ; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus ; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". [Ar-Ruum : 30].

Pernikahan ditujukan untuk bisa mengambil kenikmatan (satu sama lainnya) dan untuk membina rumah tangga yang shalihah serta masyarakat yang baik. Oleh karena itu maka wanita yang ideal untuk dinikahi ialah wanita yang diharapkan nantinya dapat mewujudkan kedua tujuan tersebut dengan sempurna yaitu wanita yang disifati dengan kecantikan paras secara fisik dan maknawi.

Maka wanita yang cantik parasnya adalah wanita yang sempurna fisiknya, karena seorang wanita itu jika dia cantik saat dipandang, lembut tutur katanya, maka matapun manjadi sejuk untuk memandanginya dan telingapun tenteram mendengarkan tutur katanya, sehingga hatipun terbuka untuknya dan dada menjadi lapang menerimanya serta jiwapun tenteram bersamanya dan terwujudlah apa yang difirmankan Allah Subhaanahu wa Ta’ala :

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang" (QS. Ar Rum : 21)

Kecantikan maknawi yaitu kesempurnaan agama dan akhlak, sehingga manakala wanita tersebut adalah wanita yang taat beragama dan berakhlak mulia maka dia menjadi lebih dicintai oleh setiap jiwa dan lebih selamat akibatnya. Maka wanita yang beragama, dia akan taat menjalani perintah Allah, senantiasa menjaga hak-hak suami, rumah tangga serta anak-anak dan harta suaminya. Senantiasa membantu suami untuk menunaikan ketaatan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala di kala suami ingat kepadaNya. Jika suami malas maka dia yang menyemangatinya, jika suami marah maka dia yang membuatnya ridha. Sedangkan wanita yang berakhlak adalah wanita yang memberikan belaian kasihnya kepada suami dan menghormatinya. Selalu menyegerakan apa yang disukai suami dan tidak menunda-nunda sesuatu yang disuka suami.

Dan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang wanita yang bagaimanakah yang baik? Maka beliau menjawab :
“Yaitu wanita yang menyenangkan suami jika dipandang dan mentaati suami jika diperintah dan tidak mengkhianati suami pada dirinya sendiri dan tidak mengkhianati hartanya dengan sesuatu yang ia benci". (HR. Ahmad dan Nasaai)

Ketahuilah bahwa seorang suami adalah pemimpin di dalam rumah tangga, bagi isteri, juga bagi anak-anaknya, karena Allah telah menjadikannya sebagai pemimpin. Allah memberi keutamaan bagi laki-laki yang lebih besar daripada wanita, karena dialah yang berkewajiban memberi nafkah kepada isterinya. Dan Allah Ta’ala berfirman:

“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (isteri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan hartanya.” [An-Nisaa' : 34]

Oleh karena itu, suami mempunyai hak atas isterinya yang harus senantiasa dipelihara, ditaati dan ditunaikan oleh isteri dengan baik yang dengan itu ia akan masuk Surga.

Masing-masing dari suami maupun isteri memiliki hak dan kewajiban, namun suami mempunyai kelebihan atas isterinya.

Allah Ta’ala berfirman:

“Artinya : Dan mereka (para wanita) memiliki hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang pantas. Tetapi para suami mempunyai kelebihan di atas mereka. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” [Al-Baqarah : 228]

Hak-hak Suami yang harus dipenuhi atas isterinya yaitu:

1. Mentaati apa yang diperintahkan suami.

Sang isteri harus taat kepada suaminya dalam hal-hal yang ma’ruf (mengandung kebaikan dalam agama). Misalnya ketika diajak untuk jima’ (bersetubuh) , diperintahkan untuk shalat, berpuasa, shadaqah, mengenakan busana muslimah (jilbab yang syar’i), menghadiri majelis ilmu, dan bentuk-bentuk perintah lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan syari’at. Hal inilah yang justru akan mendatangkan Surga bagi dirinya, seperti sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
“Artinya : Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya) , dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” [2]

Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang sifat wanita penghuni Surga,
“Artinya : Wanita-wanita kalian yang menjadi penghuni Surga adalah yang penuh kasih sayang, banyak anak, dan banyak kembali (setia) kepada suaminya yang apabila suaminya marah, ia mendatanginya dan meletakkan tangannya di atas tangan suaminya dan berkata, ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga engkau ridha.’” [Hadits hasan: Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir (XIX/140, no. 307) dan Mu’jamul Ausath (VI/301, no. 5644), juga an-Nasa-i dalam Isyratun Nisaa' (no. 257). Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahiihah (no. 287)]

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Maka beliau menjawab:

“Yang paling menyenangkannya jika dilihat suaminya, dan mentaatinya jika dia memerintahkannya, dan tidak menyelisihinya pada diri dan hartanya dengan apa yang dibenci suaminya.” (HR. An-Nasai no. 3231 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Al-Misykah no. 3272)

2. Isteri harus senantiasa di dalam rumah.
Isteri Diperintahkan Untuk Tinggal Di Rumah Dan Mengurus Rumah Tangga Dengan Baik.Perbuatan ihsan (baik) seorang suami harus dibalas pula dengan perbuatan yang serupa atau yang lebih baik. Isteri harus berkhidmat kepada suaminya dan menunaikan amanah mengurus anak-anaknya menurut syari’at Islam yang mulia. Allah ‘Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada dirinya untuk mengurus suaminya, mengurus rumah tangganya, mengurus anak-anaknya. Menurut ajaran Islam yang mulia, isteri tidak dituntut atau tidak berkewajiban ikut keluar rumah mencari nafkah, akan tetapi ia justru diperintahkan tinggal di rumah guna menunaikan kewajiban-kewajiban yang telah dibebankan kepadanya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

“Artinya : Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyyah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” [Al-Ahzaab : 33]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Wanita adalah aurat. Apabila ia keluar, syaitan akan menghiasinya dari pandangan laki-laki.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1173), dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu. Lihat Shahiihul Jaami’ (no. 6690)].

3. Tidak menolak ajakan suami untuk ‘berhubungan’.
Dalam masalah berhubungan suami isteri, jika sang isteri menolak ajakan suaminya, maka ia akan dilaknat oleh Malaikat, sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya : Apabila seorang suami mengajak isterinya ke tempat tidur (untuk jima’/bersetubuh) dan si isteri menolaknya [sehingga (membuat) suaminya murka], maka si isteri akan dilaknat oleh Malaikat hingga (waktu) Shubuh.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 3237, 5193, 5194), Muslim (no. 1436), Ahmad (II/255, 348, 386, 439, 468, 480, 519, 538), Abu Dawud (no. 2141) an-Nasa-i dalam ‘Isyratun Nisaa' (no. 84), ad-Darimi (II/149-150) dan al-Baihaqi (VII/292), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.].

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Demi Allah, yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seorang wanita tidak akan bisa menunaikan hak Allah sebelum ia menunaikan hak suaminya. Andaikan suami meminta dirinya padahal ia sedang berada di atas punggung unta, maka ia (isteri) tetap tidak boleh menolak.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 1853), Ahmad (IV/381), Ibnu Hibban (no. 1290- al-Mawaarid) dari ‘Abdullah bin Abi Aufa radhiyallaahu ‘anhu. Lihat Aadabuz Zifaaf (hal. 284).]

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya ; Tidak boleh seorang wanita puasa (sunnat) sedangkan suaminya ada (tidak safar) kecuali dengan izinnya. Tidak boleh ia mengizinkan seseorang memasuki rumahnya kecuali dengan izinnya dan apabila ia menginfakkan harta dari usaha suaminya tanpa perintahnya, maka separuh ganjarannya adalah untuk suaminya.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5195), Muslim (no. 1026) dan Abu Dawud (no. 2458) dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dan lafazh ini milik Muslim.]

Dalam hadits ini ada tiga faedah, yang merupakan poin ke-4, 5 dan 6 dari pembahasan hak suami atas isteri:

4. Dilarang puasa sunnat kecuali dengan izin suami.
5. Tidak boleh mengizinkan orang lain masuk kecuali dengan izin suami.
6. Apabila seorang isteri infaq/shadaqah hendaknya dengan izin suami.

Dalam hadits ini seorang isteri dilarang puasa sunnat tanpa izin dari suami. Larangan ini adalah larangan haram, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam an-Nawawi rahimahullaah.

Imam an-Nawawi berkata, “Hal ini karena suami mempunyai hak untuk “bersenang-senang” dengan isterinya setiap hari. Hak suami ini sekaligus merupakan kewajiban seorang isteri untuk melayani suaminya setiap saat. Kewajiban tersebut tidak boleh diabaikan dengan alasan melaksanakan amalan sunnah atau amalan wajib yang dapat ditunda pelaksanaannya.” [Syarah Shahiih Muslim (VII/115).]

7. Berhidmat kepada suami dan memelihara anak-anaknya.
Semestinya seorang istri membantu suaminya dalam kehidupannya. Hal ini telah dicontohkan oleh istri-istri shalihah dari kalangan sahabiyah seperti yang dilakukan Asma` bintu Abi Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallohu'anhu yang berkhidmat kepada suaminya, Az-Zubair ibnul ‘Awwam Radhiyallohu'anhu. Ia mengurusi hewan tunggangan suaminya, memberi makan dan minum kudanya, menjahit dan menambal embernya, serta mengadon tepung untuk membuat kue. Ia yang memikul biji-bijian dari tanah milik suaminya sementara jarak tempat tinggalnya dengan tanah tersebut sekitar 2/3 farsakh7.” (HR. Al-Bukhari no. 5224 dan Muslim no. 2182)
Demikian pula khidmat Fathimah bintu Rasulullah sholallohu'alaihi wasallam di rumah suaminya, Ali bin Abi Thalib Radhiyallohu'anhu. Sampai-sampai kedua tangannya lecet karena menggiling gandum. (HR. Al-Bukhari no. 6318 dan Muslim no. 2727)

8. Memelihara Harta Suami dan kehormatannya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya : Barangsiapa yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan jaga dirinya dan barangsiapa yang merasa cukup, maka Allah akan memberikan kecukupan kepada dirinya.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 1427) dan Muslim (no. 1034).]

Serta hadits pada poin ke-6 di atas.

9.Disyukuri kebaikan yang diberikannya.
Seorang istri harus pandai-pandai berterima kasih kepada suaminya atas semua yang telah diberikan suaminya kepadanya. Bila tidak, si istri akan berhadapan dengan ancaman neraka Allah ta'aala.

Seselesainya dari Shalat Kusuf (Shalat Gerhana), Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda menceritakan surga dan neraka yang diperlihatkan kepada beliau ketika shalat:

“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka *).” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka pada suatu masa, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata: ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Al-Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 2106)

Al-Qadhi Ibnul ‘Arabi Rahimahullah berkata: “Dalam hadits ini disebutkan secara khusus dosa kufur/ingkar terhadap suami di antara sekian dosa lainnya. Karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah menyatakan: ‘Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain (sesama makluk) niscaya aku perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suaminya.’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengandaikan hak suami terhadap istri dengan hak Allah ta'aala **), maka bila seorang istri mengkufuri/mengingkari hak suaminya, sementara hak suami terhadapnya telah mencapai puncak yang sedemikian besar, hal itu sebagai bukti istri tersebut meremehkan hak Allah ta’ala. Karena itulah diberikan istilah kufur atas perbuatannya. Akan tetapi kufurnya tidak sampai mengeluarkan dari agama.” (Fathul Bari, 1/106)

Dalam kitab Ash-Shahihain disebutkan bahwa pada hari Idul Adha atau Idul Fithri, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju lapangan untuk melaksanakan shalat.Setelahnya beliau berkhutbah dan ketika melewati para wanita beliau bersabda: “Wahai sekalian wanita, bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istighfar (meminta ampun) karena sungguh diperlihatkan kepadaku mayoritas kalian adalah penghuni neraka.” Salah seorang wanita yang hadir di tempat tersebut bertanya: “Apa sebabnya kami menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kalian banyak melaknat dan mengkufuri kebaikan suami. Aku belum pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya namun dapat menundukkan lelaki yang memiliki akal yang sempurna daripada kalian.”

Demikianlah, wahai para istri yang shalihah, beberapa hak suami yang dapat kami sebutkan. Tunaikanlah dengan sebaik-baiknya. Dan mohonlah pertolongan Allah ta'aala untuk menunaikannya.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

*) Yang dimaksud dengan kufur di sini adalah kufur ashghar (kufur kecil) yaitu kufur yang tidak mengeluarkan pelakunya dari keimanan. Pelakunya tetap seorang muslim. Namun karena dosa yang diperbuat, pantas mendapatkan siksa di dalam neraka walaupun tidak kekal di dalamnya sebagaimana pelaku kufur akbar (kufur besar). Kufur ini yang diistilahkan kufrun duna kufrin.

Al-Qadhi Abu Bakr ibnul ‘Arabi Rahimahullah berkata dalam syarahnya sebagaimana dinukil oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullah: “Maksud penulis (Al-Imam Al-Bukhari Rahimahullah) membawakan hadits ini (seperti dalam kitab Al-Iman bab Kufranil ‘Asyir wa Kufrin duna Kufrin) adalah untuk menerangkan bahwa sebagaimana ketaatan diistilahkan dengan iman, maka demikian pula perbuatan maksiat diistilahkan dengan kufur. Akan tetapi kufur yang disebutkan dalam hadits ini bukan kufur yang mengeluarkan pelakunya dari agama Islam.” (Fathul Bari, 1/106)

**) Maksudnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengandaikan bila boleh bersujud kepada selain Allah l niscaya istri akan diperintah sujud kepada suaminya. Namun mendapatkan sujud dari para hamba hanyalah merupakan hak Allah ta’ala. Tidak ada satu pun makhluk-Nya yang berserikat dengan-Nya dalam hak ini.

Jumat, 18 Mei 2012

Do'a Orang Tua

Ini adalah pelajaran yg perlu diketahui setiap orang tua. Doa mereka sungguh ajaib jika itu ditujukan pada anak-anak mereka. Jika ortu ingin anaknya menjadi sholeh dan baik, maka doakanlah mereka karena doa ortu adalah doa yang mudah diijabahi. Namun ingat sebenarnya doa yang dimaksudkan di sini mencakup doa baik dan buruk dari orang tua pada anaknya.

❤ Orang tua mesti hati-hati dalam mendoakan anaknya...karena,
Jika ortu mendoakan jelek pada anaknya, maka itu pun akan terkabulkan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang dizholimi.” (HR. Abu Daud no. 1536. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini hasan).



Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

“Tidak doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro.

Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1797).
Dalam dua hadits ini disebutkan umum, artinya mencakup doa orang tua yang berisi kebaikan atau kejelekan pada anaknya.
Juga dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ

“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang dizholimi, doa orang yang bepergian (safar) dan doa baik orang tua pada anaknya.” (HR. Ibnu Majah no. 3862.

Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Riwayat ini menyebutkan bahwa doa baik orang tua pada anaknya termasuk doa yang mustajab.
Muhammad bin Isma’il Al Bukhari membawakan dalam kitab Al Adabul Mufrod beberapa riwayat mengenai doa orang tua. Di antara riwayat tersbeut, Abu Hurairah berkata, ”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلىَ وَلَدِهِمَا

"Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian dan doa kejelekan kedua orang tua kepada anaknya.

" (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrod no. 32. Dikatakan hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Adabul Mufrod no. 24). Hadits ini menunjukkan bahwa doa jelek orang tua pada anaknya termasuk doa yang mustajab. Hal itu dibuktikan dalam kisah Juraij berikut ini. Kisah ini menunjukkan bahwa doa jelek ibunya pada Juraij terkabul. Kisah ini dibawakan pula oleh Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrod.

Abu Hurairah berkata, ”Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Tidak ada bayi yang dapat berbicara dalam buaian kecuali Isa bin Maryam dan Juraij" Lalu ada yang bertanya, ”Wahai Rasulullah siapakah Juraij?". Beliau lalu bersabda, ”Juraij adalah seorang rahib yang berdiam diri pada rumah peribadatannya (yang terletak di dataran tinggi/gunung). Terdapat seorang penggembala yang menggembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya dan seorang wanita dari suatu desa menemui penggembala itu (untuk berbuat mesum dengannya).

❤ (Suatu ketika) datanglah ibu Juraij dan memanggilnya ketika ia sedang melaksanakan shalat, ”Wahai Juraij." Juraij lalu bertanya dalam hatinya, ”Apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan shalatku?" Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya. Juraij kembali bertanya di dalam hati, ”Ibuku atau shalatku?" Rupanya dia mengutamakan shalatnya.

Ibunya memanggil untuk kali ketiga. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku atau shalatku?" Rupanya dia tetap mengutamakan shalatnya. Ketika sudah tidak menjawab panggilan, ibunya berkata,"Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur?"

Lalu ibunya pun pergi meninggalkannya.
Wanita yang menemui penggembala tadi dibawa menghadap raja dalam keadaan telah melahirkan seorang anak.

Raja itu bertanya kepada wanita tersebut, ”Hasil dari (hubungan dengan) siapa (anak ini)?" "Dari Juraij?", jawab wanita itu. Raja lalu bertanya lagi, "Apakah dia yang tinggal di tempat peribadatan itu?" "Benar", jawab wanita itu.

Raja berkata, ”Hancurkan rumah peribadatannya dan bawa dia kemari." Orang-orang lalu menghancurkan tempat peribadatannya dengan kapak sampai rata dan mengikatkan tangannya di lehernya dengan tali lalu membawanya menghadap raja. Di tengah perjalanan Juraij dilewatkan di hadapan para pelacur.

Ketika melihatnya Juraij tersenyum dan para pelacur tersebut melihat Juraij yang berada di antara manusia.
Raja lalu bertanya padanya, "Siapa ini menurutmu?". Juraij balik bertanya,
"Siapa yang engkau maksud?" Raja berkata, "Dia (wanita tadi) berkata bahwa anaknya adalah hasil hubungan denganmu.

" Juraij bertanya, "Apakah engkau telah berkata begitu?" "Benar", jawab wanita itu. Juraij lalu bertanya, ”Di mana bayi itu?" Orang-orang lalu menjawab, "(Itu) di pangkuan (ibu)nya." Juraij lalu menemuinya dan bertanya pada bayi itu, ”Siapa ayahmu?" Bayi itu menjawab, "Ayahku si penggembala sapi."

Kontan sang raja berkata, "Apakah perlu kami bangun kembali rumah ibadahmu dengan bahan dari emas." Juraij menjawab, "Tidak perlu". "Ataukah dari perak?" lanjut sang raja. "Jangan", jawab Juraij. "Lalu dari apa kami akan bangun rumah ibadahmu?", tanya sang raja.

Juraij menjawab, "Bangunlah seperti semula." Raja lalu bertanya, "Mengapa engkau tersenyum?" Juraij menjawab, "(Saya tertawa) karena suatu perkara yang telah aku ketahui, yaitu terkabulnya do’a ibuku terhadap diriku.” Kemudian Juraij pun memberitahukan hal itu kepada mereka.

” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrod no. 33. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Adabul Mufrod no. 25). Lihat [Bukhari: 60-Kitab Al Anbiyaa, 48-Bab ”Wadzkur fil kitabi Maryam”. Muslim: 45-Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab, hal. 7-8]

Maka sungguh amat bahaya jika keluar dari lisan orang tua doa jelek pada anaknya sendiri karena doa seperti itu bisa terkabul sebagaimana dapat kita lihat dalam kisah Juraij di atas. Yang terbaik, hendaklah orang tua mendoakan anaknya dalam kebaikan dan moga anaknya menjadi sholeh serta berada di jalan yang lurus.

Ketika marah karena kenakalan anaknya, hendaklah amarah tersebut ditahan. Ingatlah sekali lagi bahwa di saat marah lalu keluar doa jelek dari lisan ortu, maka bisa jadi doa jelek itu terwujud. Hendaklah orang tua mencontoh para nabi dan orang sholeh yang selalu mendoakan kebaikan pada anak keturunannya. Lihatlah contoh Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam di mana beliau berdoa,

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 40)

رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ

“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku drpd menyembah berhala-berhala.” (QS. Ibrahim: 35)
Lihatlah sifat ‘ibadurrahman (hamba Allah) yang berdoa,

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Furqan: 74)

●▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬●

♥ Smoga Allah memperkenankan doa kita sebagai orang tua yang berisi kebaikan kepada anak-anak kita. Moga anak-anak kita berada dalam kebaikan dan terus berada dalam bimbingan Allah di jalan yang lurus.

Sumber :Okky Tien II

Kamis, 17 Mei 2012

3 HARI YANG BAHAGIA


♥♥♥Hari pertama adalah hari ketika diri menunaikan perintah-perintah Allah dan menghindari segala bentuk kemaksiatan.

“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kepadamu.”(QS.Al-Anfaal:23)


♥♥♥Hari Kedua adalah hari ketika kita mampu melepaskan diri dari tindakan-tindakan durhaka, dan segera bertobat dari segala dosa.

“Kemudian Allah menerima Taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.”(QS,At-Taubah:118)


♥♥♥Hari ketiga adalah, hari ketika diri menemui Rabbnya dengan akhir perjalanan yang indah dan amal yang diterima.

“Barang siapa ingin dan senang untuk berjumpa dengan Allah, maka Allah akan sangat senang berjumpa dengannya.”(Al-Hadist)


Subhanallah....
Semoga diri mampu meraih “3 HARI YANG BAHAGIA” ini untuk meraih khusnul khatimah.

“Dan, Barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha kearah itu dengan sungguh-sungguh dan dia beriman, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan kebaikan.”(QS.AL-Israa’:19)
 
Sumber: Cinta Buat Muslimah
 
Copyright © 2013 Insfirasi Wanita
Design by FBTemplates | BTT